How To Manage Your Financial As a New Young Adult

PsiEvent: How to Manage Your Financial As a New Young Adult

Pada tanggal 15 Desember 2024, Psiaga mengadakan webinar bertema ‘How to Manage Your Financials as a New Young Adult.’ Acara ini diikuti oleh 83 peserta dan  bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda perihal tips mengelola keuangan secara bijak di tengah tantangan gaya hidup modern.

Webinar ini dimulai dengan sambutan dari CEO Psiaga, Angellina Dian, yang menekankan pentingnya literasi keuangan bagi generasi sekarang. Diikuti oleh sambutan dari Jihan Kaulan Syadida, Head of Community Development Psiaga, yang mengajak peserta untuk lebih peduli terhadap pengelolaan finansial sebagai langkah awal menuju kestabilan hidup.

Pembicara pertama adalah Fairuz Haya,

mahasiswa Psikologi Universitas Gadjah Mada sekaligus IISMA Awardee Universiti Malaya. Kak Fairuz membahas bagaimana emosi memiliki pengaruh besar dalam pengelolaan keuangan.

 

Di awal sesi, ia mengangkat masalah-masalah umum yang sering dihadapi generasi muda, seperti sulitnya mengatur keuangan, kebiasaan impulsive buying, hingga kesulitan menghadapi pengeluaran mendadak.

Kak Fairuz juga memaparkan fakta bahwa literasi keuangan Gen Z di Indonesia masih tergolong rendah. Data menunjukkan bahwa 80% Gen Z menggunakan uang karena FOMO (Fear of Missing Out) dan 69,6% dari mereka memanfaatkan layanan paylater. Menurut Kak Fairuz, solusi dari masalah ini adalah meningkatkan kecerdasan emosional dan belajar menerapkan delayed gratification. Ia menjelaskan bahwa kita perlu melatih diri untuk menunda kepuasan sesaat demi kepentingan jangka panjang. Misalnya, sebelum membeli sesuatu, kita harus bertanya, “Apakah ini benar-benar saya butuhkan, atau hanya karena ikut-ikutan tren?”

Lebih jauh, Kak Fairuz juga membongkar penyebab utama FOMO, yaitu kecemasan sosial dan rasa insecure. Banyak orang takut dianggap ketinggalan oleh lingkungannya, sehingga cenderung memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup yang mungkin tidak sesuai kemampuan. Sayangnya, hal ini sering kali berujung pada rasa bersalah, penyesalan, bahkan hubungan yang buruk dengan uang.

Namun, Kak Fairuz juga mengingatkan bahwa FOMO tidak selalu buruk. Dalam beberapa kasus, FOMO bisa memotivasi seseorang untuk berkembang lebih baik. Ia sendiri mengaku bahwa FOMO menjadi salah satu alasan ia mengikuti program IISMA, yang kemudian membuka peluang baru dalam hidupnya.

Selain itu, Kak Fairuz juga membahas mengenai utang. Menurutnya, kebiasaan berutang sering dipicu oleh impulsivitas dan ketidakmampuan mengendalikan emosi. Untuk menghindari masalah utang, kita harus memiliki batasan yang jelas dan memahami konsekuensi finansial dari setiap keputusan. “Uang itu lebih soal perilaku daripada soal kecerdasan,” katanya. Ia pun membagikan langkah awal untuk memulai pengelolaan keuangan, yaitu Aware, Understand, Find Solution, and Act.

Pembicara kedua adalah Kak Ali Expender,

mahasiswa Manajemen Bisnis Universitas Gadjah Mada. Berbeda dengan Kak Fairuz yang fokus pada sisi emosional, Kak Ali membahas pengelolaan keuangan dari sisi yang lebih praktis. Ia membuka materinya dengan menjelaskan konsep financial freedom. Menurut Kak Ali, financial freedom adalah kondisi ketika seseorang tidak lagi bergantung pada pekerjaan aktif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena sudah memiliki penghasilan pasif yang mencukupi.

Kak Ali menjelaskan perbedaan antara mereka yang sudah mencapai financial freedom dengan yang belum. Orang yang sudah bebas finansial biasanya disiplin dalam mengelola keuangan, punya tabungan, investasi, serta tidak terikat pada lokasi atau waktu kerja tertentu. Sebaliknya, mereka yang belum mencapainya sering kali boros, tidak punya tabungan, dan cemas menghadapi pengeluaran mendadak.

Ia juga menekankan pentingnya memiliki dana darurat. Dana darurat merupakan sebuah perlindungan yang sangat penting untuk kebutuhan mendesak di masa depan. Kak Ali menyarankan peserta untuk membagi penghasilan mereka ke dalam tiga kategori, 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi. Ia juga mengingatkan bahwa mencatat pengeluaran sehari-hari adalah langkah awal yang sederhana tetapi sangat penting untuk memahami pola pengeluaran.

 

“Mencari uang itu sulit, tapi mengelolanya jauh lebih sulit,” ujar Kak Ali. Oleh karena itu, ia mendorong peserta untuk selalu mengevaluasi pengeluaran mereka dan membuat perencanaan yang matang seperti yang ia terapkan.

 

Sesi Games dan Penutup

Setelah kedua pembicara selesai memaparkan materi, webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta terlihat antusias bertanya seputar masalah keuangan pribadi mereka. Untuk memotivasi interaksi, tiga peserta teraktif mendapatkan hadiah berupa voucher diskon untuk konseling bersama peer counselor Psiaga.

Acara ini ditutup dengan pemberian sertifikat kepada kedua pembicara sebagai apresiasi atas ilmu yang mereka bagikan. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi dokumentasi dan sesi games. Dua peserta yang beruntung dalam sesi games berkesempatan memenangkan voucher diskon untuk tes kepribadian di Psiaga.

Webinar ini memberikan wawasan yang sangat berarti bagi generasi muda mengenai pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak. Berdasarkan penjelasan Kak Fairuz yang fokus pada sisi emosional serta paparan Kak Ali perihal praktik pengelolaan finansial, peserta diajak untuk memahami bahwa mengelola keuangan bukan hanya tentang angka, tetapi juga perilaku, kebiasaan, dan disiplin diri. Dengan menerapkan langkah-langkah yang telah disampaikan oleh kedua narasumber, diharapkan para peserta dapat membangun kebiasaan keuangan yang lebih sehat, pada akhirnya, mencapai financial freedom. Acara ini juga mengingatkan kita bahwa langkah kecil yang dilakukan secara konsisten hari ini akan memberikan dampak besar di masa depan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *