Mitos dan fakta kesehatan mental

3 Mitos Kesehatan Mental, Berikut Fakta Sebenarnya!

Selama ini, pemahaman kita tentang kesehatan mental kerap diselimuti mitos. Padahal, faktanya kesehatan mental adalah spektrum pengalaman yang melibatkan kita semua. Artikel ini tidak hanya mengungkap mitos-mitos tersebut, tetapi juga mengungkap fakta sebenarnya yang mungkin belum kamu ketahui. Berikut 3 mitos kesehatan mental yang perlu kamu ketahui faktanya!

mitos kesehatan mental
Sumber gambar: SHVETS Production

1. Mitosnya, bantuan kesehatan mental hanya dibutuhkan oleh orang dengan gangguan jiwa parah.

Banyak yang menganggap bantuan kesehatan mental seperti datang konsultasi ke psikolog atau psikiater itu hanya untuk orang dalam gangguan jiwa parah. Oleh karena itu, mereka yang hanya memiliki gangguan kesehatan mental yang ringan menjadi takut atau malu untuk datang ke profesional karena takut dianggap gila atau sedang dalam gangguann jiwa parah.

Fakta dari mitos kesehatan mental di atas ialah dukungan profesional berperan penting dalam mencegah masalah sejak dini, sama seperti kita menjaga kesehatan fisik. Demikian, bantuan kesehatan mental bukan hanya untuk orang dalam gangguan jiwa saja. Statistik mengejutkan dari World Health Organization (WHO) yang menunjukkan 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah kesehatan mental setiap tahun, dan di Indonesia angkanya mencapai 20-30% penduduk.

2. Mitos kesehatan mental selanjutnya yaitu katanya bicara adalah satu-satunya solusi.

Katanya, bicara adalah satu-satunya solusi. Namun, itu hanya mitos kesehatan mental saja bukan faktanya. Sebab, tidak sedikit orang yang enggan atau susah untuk berbicara atau bercerita sehingga memerlukan cara lain agar dapat membantunya.

Demikian, Faktanya yaitu beragam metode inovatif kini hadir untuk mendukung pemulihan sehingga bicara bukan lagi satu-satunya solusi! Misalnya, ada terapi seni yang membantu individu mengekspresikan emosi melalui seni kreatif.

Olahraga tak hanya menyehatkan badan, tapi juga meningkatkan mood dan meredakan stres. Teknologi pun turut berkontribusi. Contohnya aplikasi mindfulness, platform terapi online, dan sensor canggih membuka pintu bagi pendekatan kesehatan mental yang lebih mudah diakses dan personal.

3. Mitos terakhir yaitu katanya faktor genetik menentukan segalanya.

Faktor genetik sering diduga menjadi penyebab segalanya. Tidak sedikit orrang yang menyalahkan faktor genetik ketika alami gangguan kesehatan mental.

Namun, Faktanya bahwa gaya hidup dan lingkungan juga memegang peran krusial. Memahami hal ini penting untuk mendorong langkah-langkah preventif seperti menjaga pola makan sehat, berolahraga teratur, dan menerapkan manajemen stres.

Dampak dan Konsekuensi Mitos

Mitos-mitos di atas dapat berdampak negatif bagi banyak orang. Berikut dampak yang mungkin terjadi akibat mitos tersebut.

  1. Mencegah orang mencari bantuan karena rasa takut atau malu.
  2. Memperparah stigma negatif terhadap kesehatan mental
  3. Menghambat pemulihan hingga bahkan bisa memperburuk keadaan.

Demikian, kita perlu memerangi mitos-mitos tersebut dengan menyebarkan informasi yang akurat dan mendukung orang-orang dengan masalah kesehatan mental. Mari kita bersama-sama membangun masyarakat yang lebih terbuka dan suportif terhadap kesehatan mental.

Nah, itulah 3 mitos kesehatan mental yang sering kita dengar dan harus kita ketahui fakta yang sebenarnya. Jangan takut atau malu untuk melakukan konsultasi hanya karena mitos tidak jelas asal-usulnya. Psiagengs, jangan lupa jaga kesehatan mentalmu ya!

Writer: Fadli Praditya| Editor: Wiartika Sisil Mukaromah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *